Minggu, 24 November 2013

Sang Rindi Huu...


"Suatu saat, kita akan melihat indahnya dunia, dengan kamera ditangan kananmu dan tangan kananku ditangan kirimu..."



16 - 17 November 2013

Marak sowan aning njaba papane
Nora dhahar ugi ngunjuk sedinane
Sang waseso tansah pirsa mestine
Kang wiku anjarwakare bebudhene
Huu...sang rindi Huu....
Huuu...sang rindi Huu...

Merbabu selalu memberikan inspirasi, sebuah gaya hidup, sebuah nasehat alam. Seperti pendakian ke Merbabu sebelumnya. Tembang yang ku lantunkan setiap langkah selalu memberikan motivasi untuk terus melangkah. Tembang kali ini aku mengartikan sang penjelajah, sang pecinta alam, seseorang yang haus akan hiburan. Ku sebut itu "Sang Rindi"'


Sarwa sowan aning njobo papane 
Kami bersebelas, dari berbagai karakter, latar belakang, dan tempat tinggal dari berbagai kota. Bersama-sama mencoba untuk bermain keluar dari 'papan' atau rumah. Mengenal lingkungan baru di sebuah gunung bernama Merbabu dengan ketinggian 3142 MDPL di Kota Susu, Boyolali. Dengan rekan-rekan yang hampir semuanya baru saja ku temui hari itu juga. Kecuali mas Pacar yang memang sudah melakukan pendakian denganku di Merapi lalu. 

Nora dhahar ugi ngunjuk sedinane
Makan dan minum di kehidupan biasa sering kali tidak kita maknai sebagai sebuah kenikmatan. Sebuah wujud syukur saat aku berada di gunung, dengan segala keterbatasan makanan dan minuman tapi aku mampu memanfaatkan segala yang ada, berbagi bersama dengan para pendaki yang lain. Selama perjalanan, tidak makan hingga malam tiba hanya minum untuk menjaga stamina. Di pos 3 (camping ground) barulah kami memasak bahan-bahan yang kita bawa, lalu berbagi bersama bersebelas.banyak sekali ya, seperti kesebelasan saja.

Sang waseso tansah pirsa mestine
Siapa yang pintar, siapa yang ahli, siapa yang kuat pasti dia mampu bertahan. Kepintaran, kekuatan, ketangguhan, tentu tak bisa selamanya dimiliki oleh seseorang. Kecerobohan dan tindakan yang kurang tepat bahkan mampu menggugurkan sebuah ketangguhan seseorang. Dia harus bagaimana disaat yang tepat, kondisi alam yang tepat, dan kondisi badan yang tepat.Dan di saat seperti itu, di sebuah tempat yang berhadapan langsung dengan sang alam, siapa yang peduli dengan yang lain adalah pemenangnya. Dan waktu pendakian ini, ku temukan siapa pemenang sejatinya. Dia yang tulus membantu yang lain. Dan ku temukan pecundang sejati. Dia yang tak peduli dengan yang lain, dan munafik menunjukkan kebaikkannya demi sebuah pujian.

Sang Wiku anjarwakake bebudhene 
Namun, sebenarnya...ini bukan sebuah kompetisi untuk mendapatkan piala, bukan juga tentang lencana, ini bukan tentang siapa yang jadi juara. Tapi kali ini aku hanyalah seseorang yang ingin berpetualang. Melihat dunia dari sudut yang berbeda. 

Dalam sebuah lirik lagu "HOLCIM" saduran dari lagu "Que Sera Sera" mengandung banyak makna.
Terdapat sebuah kalimat : "Saat aku dibangun, aku bertanya jadi apa. Ataukah besar atau kecil? Jadi pujaan atau Terabaikan?"
Lalu ku bertanya pada diri sendiri, saat aku dilahirkan apakah aku adalah seseorang yang memiliki keberuntungan besar? Atau sang Pecundang itu sendiri?

Ataukah aku Sang Pujaan atau aku akan terabaikan oleh dia yang selalu ku cinta?
Selalu aku introspeksi diri dan melihat cara pandang dia mencintai aku. Sangat sulit untuk menguraikan teka teki cintanya. Bahkan sampai saat ini aku terus belajar tentang dia. Tapi sepertinya belum jelas ku lihat arus cintanya mengalir seperti apa. Beriakkah? Bergelombangkah? tenang tapi menghanyutkan? Atau sekedar mampu untuk membasuh muka? Atau mungkin bagai seteguk air untuk tenggorokan yang kering? Semakin lama, semakin sulit dan berat untuk ku genggam. Semakin erat, semakin sulit untuk ku kendalikan.

Jika kau tanya, seperti apakah perhatiannya, aku akan jawab dia bukan laki-laki romantis yang rela meluangkan waktunya untuk meluapkan perhatiannya.
Jika kamu bertanya, seberapa besar cintanya. Aku tak mampu menjawab pasti. Tapi ku mampu tunjukkan saat aku pernah berjanji untuk menemaninya menyambut sang alam, aku akan berusaha sekeras mungkin untuk berada disampingnya. Untuk melihat sang alam menunjukkan kecantikannya. 
Wanita dan alam adalah sebuah keindahan. Dan dia akan merasakan itu saat keduanya bersamaan...:)

Ahh... "Que Sera Sera" selama ada  'holcim'...
Jadi apapun juga pasti sempurna.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar