"Kamu kuat, Sayang!" - dalam pelukan D!
12 -13 Oktober 2013
Selamat pagi Merapi...
Pendakian kali keduaku ke Merapi. Dan pendakian
petamaku dengan mas pacar. Bersama dengan temanku dari Perancis si Pauline,
Ricki Toding, dan Mas Bayu sebagai tuan
rumah. Dan juga ada beberapa teman mas Bayu yang aku lupa namanya siapa. Haha… Dan satu lagi teman yang kami temui diatas. Andigta :)
Semakin lama, aku merasakan perubahan ego dalam diri. Pendakianku sebelumnya tak pernah seperti ini. Sejak awal aku ditanamkan nilai-nilai kebersamaan. Menjunjung tinggi dan memaknai bahwa kebersamaan itu indah. Namun, semenjak pendakian ke Merbabu jalur Wekas yang lalu, ku sadari sekarang nilai-nilai itu berubah. Semakin lama nilai kebersamaan itu memudar dan timbullah jiwa diri yang individualis. Dan ku sadari aku benci ini.
Entah ini perspektifku yang salah atau mungkin memang benar bahwa sekarang aku masuk ke atmosfer individualis. Misalnya saja, pendakian dari jalur wekas kemarin,aku lebih tertarik untuk jalan sendiri semampuku, secepat yang ku bisa. Menahan lelah dan terus berjalan, menguji kemampuanku dan ketangguhanku membelah kabut, tiupan angin yang dingin dan tetap melangkahkan kaki sekuat mungkin. Namun, saat ketangguhan kudapat, di sisi lain keegoisanku pun meningkat.
Mungkin sikapku yang individualis ini pula yang menyebabkan munculnya "masalah" dengan Pauline yang kebetulan setelah turun dari Merapi dia komplain terhadap sikapku yang kurang mengerti dia sebagai teman yang dimana dia ikut karena aku mengundang dia. Dan jika kamu baca ini, pauline. I'm so sorry about that. Tapi aku begitu mamaknai, memahami, dan mengevaluasi sikapku pada hari itu. Dan aku sangat berterimakasih kepada Mas Bayu yang selama aku tidak di samping Pauline, dia bersedia dengan sabar menggantikanku. tha's really sweet. Thanks mas Bro :)
Tapi sebaliknya, dalam urusan cinta sepertinya aku benar-benar mengalihkan individualisme-ku. Bukan sok menyombongkan diri, tapi perhatian dan kasih sayang begitu melimpah untuk yang tercinta. Beban lelah, senang, dan susah dibagi berdua. Dan aku ingat, waktu itu ditengah perjalanan ke camping ground, kami tukeran carrier, aku membawa carriernya yang berat. Dalam lelah dan dingin, dia memeluk dan yang berbisik, "Kamu kuat, Sayang!"
Dan ke merapi kali ini adalah pendakian untuk memenuhi janjiku. Paginya, sebelum berjalan menuju puncak, aku berkata padanya, "Tahu nggak, pendakian Merapi kali ini untukmu." Aku memandangnya, tersenyum, lalu aku lanjutkan berjalan, menapaki batuan-batuan keras.
Memaknai setiap kesedihan dan kebahagiaan itu sangat penting saat kamu ingin memanggil kembali memorimu/kenanganmu pada momen-momen tertentu. So, apapun keadaannya, maknai sikapmu, maknai perasaanmu, dan simpan dalam otakmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar