Rumah sakit.
Tenang…
Sunyi, sepi. Dinding-dinding hijau
yang memuakkan. Warna pudar yang membosankan. Nyaris kelabu. Tempat dimana
tidak ada orang yang bahagia, tentu saja itu adalah rumah sakit. Tidak ada
orang yang berharap masuk rumah sakit.
Seseorang duduk sendiri disana.
Sepertinya menunggu sesuatu. Wajahnya muram dan tampak gelisah. Dan tiba-tiba
dia beranjak berdiri ketika seseorang lainnya memanggilnya.
“Selamat siang, apakah anda suami
dari Lusi?”, Dokter bertanya.
“Saya, saya, Dok. Saya suami Lusi.”
“Mari masuk, ada yang perlu saya
bicarakan.”
“Ada apa dengan Lusi, Dok? Bagaimana
dengan jantungnya?”
“Dia terkena serangan jantung,
karena….”, si Dokter bingung, lalu bertanya pada Lusi. “Lus…Lusi…serangan jantung
karena apa?”
Lusi bangun dari tempat tidurnya,
mengeryitkan dahinya dan berfikir. “Emm…karena jantungnya tersumbat.”
“Oke”, kata si Dokter. “Kamu
pura-pura pingsan lagi, Lus! Eh…eh…Merah-merah di bajuku gimana?”
Lusi melihat cat air yang
dioles-oleskan di jas putih Ipin yang kebesaran. Tentu saja, itu jas milik
ayahnya yang sudah tidak terpakai. Sudah seperti dokter bedah yang usai
mengoperasi pasiennya. Mirip sekali, meskipun kakinya tak bersepatu dan
bercelana pendek. Tak apalah. “Udah seperti darah kok, Pin.”
Ipin tersenyum.
Lalu Lusi membaringkan badannya di
tempat tidur lagi, dan merapikan selimutnya.
“Kita ulangi lagi, Di!”
Adi tersenyum dan mengangguk.
Wajahnya kembali muram dan gelisah,
memandang istrinya yang tergeletak tak berdaya karena bius sang dokter. Dia
khawatir dengan apa yang terjadi dengan istrinya, Lusi.
“Ada apa dengan Lusi, Dok? Bagaimana
dengan jantungnya?”
“Dia terkena serangan jantung karena
jantungnya tersumbat, Pak.”
“Lalu bagaimana, Dok?”
“Dia harus dioperasi lagi, Pak.
Sekarang juga. Ini darurat.”
“Ipiiiiiiiiiinnn….”
“Wah…aku dipanggil ibuku!”
“Ipiiinnn…maem dulu, Nak!
Pulaaaaang!”
“Yah, Ipin. Terus jantung Lusi gimana?”
“Aku nggak jadi dioperasi ya, Pin?”
“Aduh…nanti dilanjutin ya? Aku pulang
dulu. Ibuku tadi bilang mau masak sayur asem, mau ikut?”
“Ah…kamu, Bandeng kamu Pin!” Adi
kesal.
“Apa? Sayur asem sama bandeng? Aku
mau ikut makan!”
“Ya! Ayo!”
“Ya sudah, Di. Operasi jantung Lusi
ditunda dulu ya. Istrimu ingin makan sayur asem sama bandeng.”
Kini Lusi telah menjadi istriku,
sedang Ipin masih sibuk dengan pekerjaannya sebagai banker. Dan lihat siapa yang sedang berbaring di dalam sana. Sementara
aku dan Ipin sedang gelisah menunggu informasi dari dokter yang memeriksanya. Hari
ini operai Lusi. Lusiku yang harus dioperasi, karena tenggorokannya tertusuk
duri bandeng.
@AnitaRiadcliffe
PS : nggak usah seriusserius bacanya :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar