Sabtu, 18 Mei 2013

Tidak hanya “Tidak Memuaskan” tetapi “Mengecewakan”




Jum’an 17 Mei 2013, aku ingin mengirimkan Handphone secondhand ke seorang teman di Surabaya. Setelah milih memilih dan kepo, ada sebuah jasa pengiriman barang (sebut saja TIKIndo) yang mendapat rekomendasi dari beberapa teman. Setelah itu aku survey harga dibeberapa jasa pengiriman. Alhasil sama, TIKIndo-lah yang paling murah dan cepat. Sore itu, aku sedang terburu-buru. Segeralah aku menyampaikan maksudku. Lalu si Mas-nya memberikan sederet persyaratan…WHATTT?!

Banyak sekali persyaratan. Salah satunya kurang lebih : Handphone harus handphone baru. Dan pelayan akan  mengecek dan membuka barang di depan sang pengirim barang untuk memastikan barang benar-benar baru. Apa yang sedang kamu fikirkan? Barang baru masih dalam segel harus dibuka?! Lhah bagaimana ini?! Dimana letak menghargai privacy orang lain?
Usut diusut, lapor, lapor, lapor, akhirnya Handphone second pun akhirnya diperbolehkan dikirim dengan syarat : penyedia jasa bebas risiko, barang harus di bungkus menggunakan kayu, dan menggunakan paket cepat (yang disana disebut paket PAS) yang harganya lebih mahal daripada paket regular. Barang dijanjikan akan sampai pada tujuan pada hari senin. Karena ini adalah barang urgent  - bagiku -  akhirnya aku menyetujui persyaratan dan aku bayar sesuai dengan apa yang diminta jasa tersebut. Tetapi aku mengganti tujuanku, menjadi ke Semarang karena ku pikir dengan jarak yang lebih dekat maka harga juaga sedikit lebih murah. Rp 83.000,- ku bayarkan untuk Handphone yang dikirim ke Semarang itu.
Keesokan harinya, 18 Mei 2013, pihak menyedia jasa tersebut menghubungiku kembali dan mengatakan : Barang yang kukirim, baru akan dikirim hari senin. Kalau mau dikirim hari ini, bisa. Tetapi tidak menggunakan bungkus  kayu. Dan dikenakan biaya tambahan untuk pembungkusan kembali. Lalu penjelasan dari Mas tersebut diakhiri dengan kata tanya, yang seolah tidak memiliki kesalahan, “Gimana?”
Mereka menyatakan sanggup, lalu terjadilah trading. Kemudian setelah mengalami masalah (atau apalah) mereka menyatakan tidak bisa. Tentu saja kesalahan ada pada penyedia layanan. Yang aku permasalahkan, mengapa harus aku pula yang menanggung risikonya, dengan membayar sejumlah uang lagi untuk biaya pembungkusan ulang. Seharusnya merekalah yang memberikan opsi lain sebagai ganti ketidaksanggupannya mengirimkan barang sesuai dengan kesepatakan satu hari yang lalu. Ini bukan tidak memuaskan, namun sudah dalam kategori mengecewakan bagiku. Sama sekali tidak professional.
Waah…tidak bisa. Sebagai pengguna jasa yang tidak mau ditipu, tentu saja menolak. Emosi sempat membeludak saat itu. Bla…bla..bla..bla…aku katakana padanya. Hingga akhirnya pelayan itu mengatakan : “Mohon maaf jika pelayanan kami tidak memuaskan, akan kami usahakan agar barang dapat dikirim hari ini dan sampai pada tujuan hari Senin, Mbak.”
Aku diam saja. Lalu perbincangan kami selesai.
Apa sih yang diinginkan seseorang yang ingin mengirimkan barang? Sampai dengan aman, cepat, dan (murah), bukan?
Lalu jika yang satu ini persyaratan sangat ribet, mahal, dan lama (padahal menggunakan paket paling cepat), apa menariknya? Persaingan bisnis jasa pengantar barang semakin banyak, tetapi sayang sekali jika pelayanannya tidak bisa ditingkatkan.
Lalu aku membayangkan pelayanan pengiriman barang di Amerika yang mempekerjakan orang-orang yang hobi bersepeda. Pengantar barang mendapatkan tugas dari kantor untuk mengantarkan barang di suatu tempat. Lalu dia akan mengantarkan barang tersebut tanpa mengotak-atik barang tersebut. Bahkan nama pengirim barang dan penerima barang itu pun sangat dijaga keamanan dan kerahasiaannya. Pesepeda itu mengantarkan barang hanya dalam 1 hari. Pelayanan yang sangat luar biasa.

Anita Riadcliffe’s Wish…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar