Selasa, 16 Juli 2013

Dream list : "Bawa aku ke (+) dengan Segala Keberuntunganku, Tuhan"


Seberapa ambisius kamu dengan mimpimu?

Aku itu punya sifat yang ambisius dalam mencapai sesuatu yang aku inginkan. Terkadang sifat ambisius yang berlebihan itu kurang baik, karena bisa saja menghalalkan segala cara untuk mendapatkan segala sesuatu yang kita inginkan. Tapi selama kita bisa mengontrol emosi kita, ambisius dalam mendapatkan cita-cita atau mimpi itu sangat bermanfaat. 

Kalau diibaratkan sepeda motor, ambisius itu adalah bensin. Tujuan adalah mimpi. Jika berambisius berlebihan, ketika tak ada bensin, bisa jadi memaksakan solar sebagai bahan bakarnya. Alhasil? Kendaraan akan rusak. Tetapi sebaliknya, dengan ambisius yang terkontrol, kita bisa semangat dalam mencapai mimpi kita, yang diisyaratkan sebagai tujuan kita.


Pertama kali kuliah...




Waktu itu ospek (Simfoni) aku mendapatkan tugas untuk membuat dream list. Semacam "life mapping". Dan aku nggak tahu, apa itu life mapping dan tujuannya untuk apa. Aku pikir, cita-cita itu nggak harus ditulisakan disebuah kertas dan diberi gambar-gambar yang unik. Yang penting cita-cita harus ada di benak kita. Tapi, semuanya berubah saat aku iseng-iseng membuat dream list atau life mapping pada semester 2, atau tahun lalu. 



Aku pikir terjadi banyak keajaiban yang aku alami dan merasa sangat bersyukur setelah satu per satu apa yang sudah aku tulis di dream list itu terwujudkan. Apa saja yang aku tulis? Ada hal-hal kecil seperti keinginanku "Ke Karimunjawa bulan Juni 2013",  "Masuk TV! Jalur positif", atau "Beli Kamera DSLR"  hingga yang grade-nya semakin tinggi : "Student Ambassador 2013" atau "Bisnis Souvenir di Jogja", atau yang serius "Punya usaha (impor ekspor) milik sendiri di Swiss", "Bisnis Pariwisata" bahkan yang benar-benar kacau banget permintaannya "Bawa aku ke Swiss atau negara manapun dengan segala keberuntunganku", "Keliling negara-negara di Eropa", "Keliling lebih dari 30 negara di dunia", "Dinner dengan Keluarga Vittorio di Italy", dan yang paling konyol sekalipun "Suami Bule". Kalau bisa, satu mimpi dengan yang lain harus saling terkait. Tapi kalau punya keinginan yang ekstreem ya, no problem. Who knows?

Kalau ditanya, "Malu nggak, punya ide atau keinginan konyol seperti itu?". aku jawab : TIDAK. Siapa yang menjamin keinginanku tidak akan terkabulkan? Bahkan, probabilitas permintaan-permintaan itu kerkabulkan semakin besar saat permintaan-permintaan terdahulu sudah ada yang terwujud. Mengapa malu? Bahkan dengan mengkaitkan dari yang terdekat, yang sederhana, hingga yang paling kompleks menjadi sebuah rangkaian permintaan akan membuat kamu menjadi lebih bersemangat dalam mencapai satu mimpi ke mimpi yang lain. Tapi, jangan lupa. Be realistic. Emang nggak ada yang menjamin semua akan terwujud atau tidak, namun agar kita nggak patah semangat, harus realistis dalam mencapai mimpi kita.


Misalnya, keinginanku untuk pergi ke Swiss setelah lulus kuliah S1 nanti, tentu saja aku memiliki langkah untuk mencapai kesana. Misalnya apa saja yang harus aku siapkan untuk ke Swiss, bagaimana aku bisa kesana, bagaimana kemampuan bahasa yang harus aku miliki untuk tinggal disana, bagaimana cost yang harus aku keluarkan untuk kesana, dan apa yang harus aku lakukan disana dan bagaimana. Semuanya harus jelas. 

Nah, ini yang ingin aku ceritakan. Mengenai Swiss. Mengapa sejak setahun lalu status BB selalu bendera Swiss. Mengapa aku ingin sekali berlajar bahasa Perancis. Semuanya, berawal dari satu tahun yang lalu. Ibuku bercerita tentang seorang yang berwarganegara Indonesia yang menurutku inspiring. Dia adalah seorang laki-laki (2013 : masih bujang. Catat baik-baik. SINGLE) yang memiliki bisnis ekspor impor souvenir di Swiss. Kebetulan sama dengan mimpiku. Tertarik. Sangat sangat tertarik dengan beliau. Masih muda, punya bisnis sendiri, di luar negeri pula. Siapa sih yang nggak tertarik? Wait...bukan terhadap orangnya, dan tertarik memiliki kekayaannya ya. CATAT! Sejauh ini, beliau ini inspiring buatku. Karena memiliki kesamaan mimpi, maka aku ingin sekali belajar bisnis dengan beliau.


Then, waktu yang paling cepat untuk ikut campur adalah seusai kuliah. Hal ini sangat membuatku bersemangat untuk belajar yang giat dan cepat lulus. Nah, itulah mengapa, aku sering sekali berkaitan dengan bendera Swiss.Selama setahun ini aku menunggu-nunggu kedatangannya ke Indonesia. Everyday! Berharap harap cemas seperti tebak-tebak berhadiah yang nggak tentu kapan bisa bertemu dengan beliau. Harap-harap cemas hingga melibatkan My Mom. "Ibu, tanyakan kapan Switzerland Guy itu datang ke Indonesia, ya?"


Hingga kemarin, aku baru tiba di Jogja, memulai kehidupanku di bulan Ramadhan seperti biasanya. Then i have received BBM from my Mom : "Baru di kabari, dia baru aja landing di bandara  Solo."
Whaaatt??? Ini adalah hari bahagia dalam hidupku. Bahkan keinginanku belum tercapai, paling tidak hampir. Dan kamu tahu yang terjadi hari ini? My mom just BBM-ed me after buka puasa. Her : "Kamu kapan pulang? Kamu disuruh ke rumah orang Swiss itu lho. Cepat pulang ya..."

   WOW!!!COOL!!!
Ini akan jadi perbincangan yang mengharukan atau bahkan membuat patah hati. Tapi lihatlah...Tuhan sudah membantu sejauh ini. Hingga dia tahu tentang aku yang mengaguminya dan ingin belajar dari beliau dan mengundangku untuk bersilaturahmi dengan beliau. Ini luar biasa, Tuhan. Thanks, God!!! Mengenai hasil perbincangannya nanti seperti apa, aku pasrahkan semua padamu. :)

But, he relly really great! Cool! and WOW!! Okay, This is me being happy ya...Wish me luck :) 

Semoga cerita tentang dream list-mu menyenangkan juga ya...:)

4 komentar: