Senin, 06 Juni 2016

Get Lost di Thailand

Perjalanan ke Thailand adalah perjalanan menembus kebosanan dari rutinitas. Menentukan sebuah tujuan wisata yang sama sekali berbeda bahasa dan berbeda budaya, SANGATLAH menantang. Serunya nyasar, serunya buka peta tanpa koneksi internet, mengunjungi tempat wisata tanpa harus sibuk check in dan update sosial media.

Thailand adalah tujuan yang tepat untuk tersesat. Tersesat? Takut?






Sebagian besar dari kita hanya berani pulang – pergi menyusuri jalan yang sama dari hari ke hari. Karena terperangkap oleh zona yang nyaman, akhirnya kita sering mengunjungi tempat yang sama, berlibur pun ke tempat yang sama. Dan yang tak ketinggalan adalah : MENCARI ORANG YANG BISA MENEMANI PERJALANAN KITA. Tanpa kita sadari, ternyata kita terperangkap dalam kebiasan “malas berfikir”. Otak kita sudah terbiasa dengan jalan yang sama, tak perlu lagi befikir terlalu banyak untuk mencari jalan lain. Saatnya sekaran ini thinking out of the box, oppsss...NO!! THINKING IN NEW BOXES.

Mengunjungi suatu tempat yang baru dengan waktu, dana, dan informasi yang terbatas, sebenarnya sangat bisa mengubah siapa dirimu. Misalnya, kita yang biasanya sering panik ketika menghadapi kejadian diluar rencana, maka SOLO travelling akan membuatmu tenang dan berfikir sejenak untuk mengambil keputusan tanpa rasa panik. Selain itu juga banyak “pintu keluar” lain dari masalah-masalah yang lain. Berawal dari “kebosanan” dengan rutinitas di Yogyakarta, akhirnya saya memutuskan ke Thailand kurang dari 1 bulan. Segala informasi saya cari, dana saya kumpulkan, hingga momen promo pesawat saya pun dapatkan. Akhirnya 23 Mei 2016 menjadi hari pilihan saya untuk terbang SENDIRI ke Bangkok.

Saya benar-benar ingin mengalami situasi kebatinan : TERASING dan TERTANTANG.  Terasing, mengalami bagaimana serunya naik taksi dengan driver yang tidak bisa berbahasa Inggris, diinterogasi petugas imigrasi, nyasar, wisata kota dengan perahu, pulang kemalaman, kelelahan, party, wisata malam, dan tentunya mencoba semua transportasi di Thailand. Tertantang, menghadapi hal-hal yang terjadi diluar dugaan, mengalami kondisi-kondisi krisis, ‘tekanan mental’, culture shock, decision making, dan be free.

DAY 1 :
Touchdown Bangkok Don Muaeng Airport sekitar pukul 8 malam.
Bingung mau naik apa dari bandara menuju hotel. Menurut rencana sih harusnya naik bus dengan harga sekitar 10Bath. Namun faktanya adalah....tak ada bus dari bandara ke hotel. Tak ada pula tuktuk (seperti bajaj). *kondisi darurat 1*. Setelah keliling bandara dan mencari informasi, ternyata yang ada adalah bus transfer (seperti damri kalau disini), taksi (yang super mahal), dan sewa mobil yang sama sekali nggak worth it.

Akhirnya saya naik bus dengan Wifi super kencang yang bisa buat update dan check in “touchdown Don Muaeng.” Woohoo... Sejauh ini kebiasaan terhubung dengan internet masih ada. Wajarlah...hehe
Kebetulan hotel saya ada di sekitar Khao Sand Road, sebuah lokasi strategis untuk para backpacker di Bangkok. Kalau di Bali, lokasi ini adalah Jl.Poppies dan kalau di Yogyakarta, tempat ini kurang lebih seperti jalan Sarkem/Sosrowijayan yang sangat dekat dengan Malioboro. Apa pun sangat mudah kamu dapatkan disini, apalagi ada 7 eleven bisa kita temui kurang dari 50 meter.

Check in. Istirahat. Mandi. Perut pun mulai lapar.

Khao Sand Road tak pernah sepi meskipun tengah malam. Bahkan semakin malam semakin ramai karena banyak cafe-cafe malam. Istilah gaulnya, tempat wisata malam. Penjual baju-baju di pinggir jalan yang murah-murah pun turut meramaikan suasana. Dan yang paling seru adalah STREET FOOD yang fresh, murah-murah dan yang pasti rasanya enakkkk!!! Semua harga makanan disini sudah tertera, so nggak bakalan kena tipu! Nggak Cuma di gunung kidul, Yogyakarta aja yang makanannya aneh (walang goreng), disini bahkan ada walang goreng, sate kalajengking, dan serangga-serangga lainnya. Tapi yang super enak seperti BBQ daging, Thai Pat, Seafood juga nggak kalah menarik.

DAY 2 :
Petualangan di mulai!!

Sesuai itinerary, hari ini harusnya mengunjungi tempat-tempat wajib dikunjungi seperti candi-candi ala Bangkok yang paling bernilai : Grand Palace, Wat Pho, Wat Arun. Tiga lokasi ini sudah sangat cukup membuat kaki lemas dan dehidrasi tingkat dewa. Karena semua lokasi ini bisa kita kunjungi dengan JALAN KAKI. Kecuali Wat arun yang harus nyebrang sungai.

Karena informasi yang saya dapat kebetulan sangat komplit, so sejauh ini saya belum merasakan yang namanya nyasar. Masih menikmati destinasi yang ada di Bangkok.

Setelah makan siang dan kembali ke hotel, saya istirahat sejenak. Malam harinya, saya memutuskan untuk mengunjungi Asiatique. Perjalanan ke Asiatique ditempuh dengan menggunakan perahu sekitar 30 – 45 menit dari dermaga terdekat di Khao sand road. Kemudian jalan kaki sekitar 5 – 10 menit hingga ke lokasi Asiatique. Asiatque (silakan di gugel) semacam pasar malam yang tapi banyak sekali penjual makanan, baju, sandal, oleh-oleh, dan juga arena bermain. Jangan dibayangkan kalau asiatique itu seperti pasar malam (atau cembreng atau sekaten) di Jawa ya... Asiatique justru seperti Trans studio. Bagus sekali...dan paling seru adalah MASUKNYA FREE!! Note : Buat kamu yang mau belanja dan khawatir uang cash kamu habis, disini banyak sekali money changer dan mesin ATM.

Hari kedua, mulai ada tanda-tanda petualangan makin seru. Sandal ku PUTUS!! Gggrrr....Awalnya nggak ada sama sekali uang darurat untuk yang satu ini akhirnya harus dialokasikan buat yang darurat. Sandal baru 500Bath di Asiatique. YES!!!

Satu wahana yang paling menyilaukan dan menarik perhatian adalah Mekong. Semacam wahana sangkar burung atau bianglala di Indonesia, tapi disini sangat mewah dan bahkan ada AC-nya!! Haha... Menarik, akhirnya saya bayar 350 Bath untuk naik Mekong. Yeiiiy!!

Perahu untuk kembali ke hotel sudah tidak beroperasi karena selesai beroperasi sekitar pukul 7 malam. Akhirnya dari Asiatique saya mencoba naik taksi. Sebenarnya ada jasa stop taksi dari Asiatique yang mana mempermudah kita untuk mendapatkan taksi. Namun, kita harus membayar lebih mahal. Apalagi saat itu, sebelum jam 10 malam, perjalanan SANGAT MACET di area Asiatique. Sambil menunggu jam 10 malam, saya sempatkan jalan-jalan di sepanjang trotoar  di sekitar Asiatique. Banyak street food yang menjajakan pisang. Entah kenapa, pisang disini seperti maknan khas yang diolah menjadi berbagai macam makanan. Bahkan disini ada martabak PISANG. Aneh kan? Mencoba street food : YES!!!

Tanda-tanda liburan seru kembali muncul : Gimana nyetop taksinya??? Di jalan ini nggak bisa sembarangan naik taksi. Selain itu ada kekhawatiran juga kalau nanti kena harga mahal, atau kalau kamu pakai argometer, bakal diputer-puterin. Lagian kita kan nggak ada internet atau GPS buat ngelacak kita ada dimana. Duhh...tapi...mari dicoba!

Taksi di Bangkok sangat colorful. Mudah sekali dikenali. Taksi sudah didapat, tanda-tanda selanjutnya adalah : TAWAR MENAWAR - bahasa Inggris VS bahasa Thailand! Seru bukan main... Saya nanya A, dia “ha?? Ha??ha??”. Duh!! Tepok jidat!! Segala trik coba untuk dilakukan, akhirnya paham juga. Setelah harga didapat, saya masuk dan mencoba untuk mengobrol dengan driver. Super kocak!! Kalau kamu tahu film TARZAN scene dimana Jane ketemu dengan Tarzan dan mereka berkenalan, nah seperti itulah saya dengan driver ini. Haha... Saya menemukan suatu fakta. Faktanya adalah : driver tuktuk lebih banyak yang bisa berbahasa Inggris daripada driver taksi. Fiuuh... 140Bath dari Asiatique ke hotel.

DAY 3 :
Karena tempat-tempat yang wajib dikunjungi di Bangkok hampir sudah semua, hari ini adalah untuk MENCOBA SEMUA ALAT TRANSPORTASI di Thailand.

08.00 : Naik Tuktuk ke Dusit Palace. Pak tuktuk ini sedikit berbohong. Bilangnya Dusit Palace tutup. Ngapain saya datang kesana, apalagi pakai celana pendek, katanya. Tapi insting saya mulai insecure. Saya ngotot untuk diturunkan di Dusit Palace dan mengunjungi Vimanmek Museum. Setelah tanya ke petugas museum, ternyata museum bukan TUTUP, saya tetap bisa berkunjung tapi BELUM buka. Untung nggak mudah percaya sama abang tuktuk. Saya tunggu sekitar 15 menit. Kemudian jalan-jalan ke dalam dusit palace dan museum Vimanmek. NOTE : Masuk museum juga harus pakai celana atau rok panjang GUYYYSS!! Gue pakai celana diatas lutut ini!! Fiuuuh... 200Bath melayang buat beli kain/jarit buat nutupin kaki.

09.00 : Perjalanan dari Dusit Palace ke Phra athit Pier naik tuktuk sekitar 40Bath (Whaaattt!! Murah banget), jadi nyesel tadi berangkat ke Dusit Palace bayar 100Bath. TAPIIIIII.....abang tuktuknya mau saya mampir ke tempat souvenir. Saya udah bilang kalau saya nggak mau beli souvenr. Tapi okelahhh...saya tahu sekali dunia wisata seperti apa. Maksudnya, agar dia mendapatkan uang komisi dari perusahaan souvenir tersebut. Meskipun kita beli apapun, asal dia bawa tamu ke toko tersebut, maka dia akan tetap dapat. Karena ketagihan saya bersedia berhenti 5-10 menit ke toko souvenir, Abang tuktuk ini maksa saya buat mampir ke toko fashion. OMG!! Saya bilang : NO!! Meskipun masih membujuk, saya hampir setengah teriak karena abang tuktuk ini kelakuannya nggak baik. So, just be careful!

09.30     : Pha athit menuju ke Rachawang naik kapal. Sekitar 15 menit, berhenti dan jalan kaki menyusuri Chinatown. Buat kamu yang mau belanja murah-murah, Chinatown ini semacam pasar Sukowati yang ada di Bali. Barang-barang grosiran yang bisa kamu beli walaupun satu biji.

11.00     : Jalan kaki dari Chinatown lalu turun ke MRT subway. Semacam kereta bawah tanah di Bangkok. Turun dari MRT kemudian oper naik Skytrain dari stasiun Siam ke Phrom Phong. Jalan-jalan di lokasi mewahnya Bangkok : Sukhumvit!! Disini banyak mall-mall, hotel bintang lima, cafe-cafe, tempat oleh-oleh. Setelah capeek banget keliling-keliling, akhirnya saya istirahat dan nongkrng sambil Wifi-an di cafe. Disini saya menyadari, wah...jalan-jalan tanpa harus ngasih laporan ke sosial media, seru juga ya!!

Perjalanan pulang dengan Skytrain, MRT, dan kemudian naik kapal menuju dermaga paling dekat dengan hotel. Dan....tidur.

Malam-malam jalan-jalan lagi di Khaosand road, nyobain makanan-makanan aneh-aneh, dan packing ke negara selanjutnya besok pagi.

DAY 4  :
Hal yang seru saat nyetop taksi di Bangkok adalah, kita bisa sok jual mahal. Artinya, kalau taksi nggak mau pakai argometer, yaudah jangan mau. Paling sepuluh langkah lagi bakal ada lagi taksi yang nawarin. Naik taksi ke Bandara sekitar 250Bath. Sekitar 45-60 menit dari Khao Sand Roand. Ternyata jauhhhh bandaranya...





Banyak sekali pelajaran-pelajaran Budha dan pengalaman yang saya dapat di Thailand  yang belum sempat saya ceritakan disini, tapi...akan lebih seru lagi kalau kalian bisa ber-solo travelling kesana. Bagi kamu yang mau kesana dan ingin bertanya, silakan tanyakan pada saya melalui Facebook, Instagram, atau juga private message.


Buat kamu yang mau nyobain “SURVIVAL” di Bangkok, saya menawarkan untuk mendampingi selama di Bangkok dengan syarat dan ketentuan berlaku. Dimana kamu bisa ber-solo travelling dengan aman dan tetap terpantau. :P


www.travelloverjogja.com

5 komentar:

  1. wah tanggal 23 mei di Bangkok??
    saya juga ada di Bangkok mulai tanggal 22 - 25 mei lhoo..
    Sayang saya memang gak woro2 di grup BD karena emang udah ada teman. hehehe..
    Tapi seru juga perjalanannya..
    saya belum sempet nulis apapun soal Bangkok karena masih punya utang tulisan tentang KL. hehehehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya dulu merasa terbantu dengan adanya group BD. Jadi saya pikir kalau saya share pengalaman seperti ini, mungkin akan bermanfaat juga buat yang lain. :)
      salam kenal ya

      Hapus
  2. banyak scam di thailand mbak ?

    BalasHapus
  3. Ahh,, aku juga mau ke Thailand September ini,,,baca ini jadi nggak sabar pengen tersesat jg disana :)

    BalasHapus